Si Sachet Kampret


2010


Namanya mahasiswa tujuan utamanya adalah belajar dan lulus. Pekerjaan pertama sebagai barista di Djendelo cukup 9 bulan. Gimana dengan uang liburan ke Bali-nya? Cerita paitnya adalah saya ditolak oleh gadis yang saya taksir. Tapi tidak apa-apa. Uangnya tetap terkumpul dan digunakan untuk hal yang lebih mulia, yaitu penelitian skripsi di Bali.

Setelah lulus dari Djendelo Coffee & Tea, saya tidak penah minum kopi lagi karena trauma dengan naiknya asam lambung. Akibatnya harus merasakan dinginnya dinding rumah sakit beberapa hari karena kopi sachet yang jadi teman begadang untuk menyelesaikan skripsi.

Usut punya usut, ternyata kopi sachet tidak cocok untuk sebagian lambung manusia. Sejak saat itu saya tidak pernah minum kopi lagi. Sampai suatu ketika saya bertemu salah seorang barista yang bekerja di sebuah Hotel berbintang di Jogja. Dia menjelaskan dari dua jenis kopi yang sering dinikmati (arabika dan robusta) salah satunya aman untuk penderita sakit maag.


Barista yang saya lupa namanya itu menyarankan lebih baik konsumsi kopi jenis arabika karena cukup aman untuk lambung dan tentu saja menyetop kopi sachet. Dari penjelasan yang sedikit saya ingat itu akhirnya saya memberanikan memesan cappuccino (kopi susu). Si barista memberikan kartu nama yang sekarang sudah tidak berjejak keberadaannya. Saya ingat betul dia berkata seperti ini, "Nanti kalau ada masalah sama asam lambung karena minum kopi dari saya, saya berani tanggung jawab mas."


2 hari berlalu tidak terasa.

Kesimpulannya: tidak ada masalah lagi dengan lambung. Saya langsung menghubungi mas barista itu untuk mengabarkan saya baik-baik saja. Jadi saya sudah membuktikan kampretnya si sachet. Gimana denganmu? Masih mau minum kopi sobek?

Terima kasih mas barista yang sekali lagi saya lupa namanya.

Komentar

Postingan Populer