Riset: Rasa kopi (bukan) yang terpenting saat minum kopi di kafe
Baru-baru ini kami mengadakan riset kebiasaan konsumsi kopi terhadap 100 responden. Mereka yang diikutsertakan dalam studi ini adalah pengunjung kedai Kopi Yuk! di Taman Kuliner Yogyakarta dengan usia 17-39 tahun.
Riset dilakukan dalam rentang waktu satu bulan (16 November-16 Desember 2017), dengan metode purposive sampling, 35 perempuan dan 65 pria pengunjung kedai dipilih untuk mengisi kuesioner online. Berikut ini beberapa fakta menarik:
1. Malam Hari, Waktu Minum Kopi
N: 100 Multiple response |
Sementara, berdasarkan hasil riset lain yang dilakukan peneliti neuroscientist di Uniformed Services University of the Health Sciences di Maryland, AS, Steven Miller mengatakan, “Di pagi hari, kopi paling efektif dinikmati antara pukul 09.30 hingga 11.30, saat kadar kortisol Anda menurun sebelum setelahnya naik lagi.”
Meski begitu, masih ada 36% responden yang terbiasa meminum si hitam di pagi hari. Yah, ga apa-apa lah ya, yang penting jangan jotos-jotosan.
2. Dua Gelas Kopi per Hari
N: 100 |
Saya coba kutip dari penelitian lain. Dalam sebuah riset di Annals of Internal Medicine meminum dua cangkir kopi per hari dapat menurunkan risiko gagal jantung 11 persen bagi perempuan dan seiring bertambahnya konsumsi kopi hingga tiga cangkir per hari dapat menurunkan risiko penyakit jantung sebesar 25 persen. Tapi hal yang sama tidak berlaku bagi penderita gagal jantung dengan sebab kelainan genetik.
Dalam penelitian lain soal diabetes, meminum tiga cangkir kopi per hari dapat menurunkan risiko terkena diabetes hingga 25 persen. Namun hal yang serupa tak berlaku jika kamu sudah terkena diabetes.
3. Minum Kopi untuk Refreshing
N: 100 Multiple response |
sudah berada pada tahap rekreasi, pemuas diri, dan melepaskan diri dari kepenatan.
Tak diragukan lagi, sudah banyak penelitian mengenai manfaat kopi sebagai penambah energi dan stamina. Kini, dengan makin maraknya gerakan kopi generasi ketiga, kopi saat ini tak sekadar menjadi minuman biasa, melainkan sudah menjadi tren, gaya hidup khususnya di kalangan anak muda.
4. Perempuan Lebih Banyak Membelanjakan Uang di Kafe Ketimbang Pria
N:100 |
Namun jika dirata-rata tanpa membedakan jenis kelaminnya, rata-rata responden menghabiskan Rp 38,000 sekali berkunjung ke kafe di Yogyakarta.
5. Rasa Kopi Bukan yang Terpenting Saat Minum Kopi di Kafe
N:100 |
Agak mengagetkan. Ternyata justru kebersihan tempat menempati prioritas utama para responden ketika minum kopi di kafe. Data indeks menunjukkan, semakin mendekati angka 5 (sangat penting) menunjukkan faktor tersebut memang diprioritaskan di kalangan responden.
Namun bukan berarti rasa kopi terabaikan. Nilai indeks menunjukkan, meski berada di bawah angka indeks rata-rata kebersihan kafe, rasa tetap merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan responden saat minum kopi di kafe.
6. Cake & Snack Jadi Cemilan Pas Ngopi
N: 100 Multiple Response |
Sebanyak 25% responden mengaku biasa memakan cake sebagai pendamping minum kopi selagi di kafe di Yogyakarta. Snack atau crackers dipilih 24% responden sebagai kudapan selain cake. Bentuk cemilan lain ada biskuit (17%), sandwich (15%) dan Muffin (12%).
7. Gerai Raksasa dari Seattle masih Top of Mind
Ketika ditanya soal brand kafe/kedai kopi yang paling diingat, mayoritas responden menjawab Starbucks. Tak diragukan lagi memang. Franchise dari Seattle, AS yang berdiri sejak 1971 ini kuat dari segi brand dan marketing-nya.
Nah, itu dia review singkat dari riset perdana kami soal Kebiasaan Mengonsumsi Kopi. Kami tahu masih banyak kelemahan dan kekurangan pada riset ini. Namun setidaknya, tak ada salahnya mencoba dan memulai.
Oh iya, setelah ini kami akan mengadakan riset yang melibatkan banyak responden. Untuk temanya masih digodok. Kami sangat terbuka jika ada rekan-rekan yang ingin memberi masukan, atau bahkan bekerjasama dengan kami dalam proyek riset ke depan. Mari bangun bersama! :D
Komentar
Posting Komentar