Catatan 2 Bulan: Bisnis kopi seru seperti main Yu-Gi Oh!

Foto oleh: Dian Kristiawan

Di antara kesibukan saya bermain aplikasi gim Yu-Gi Oh! yang sulit tapi seru, saya mendadak teringat jika bisnis ini sudah berjalan dua bulan lebih.

Maklum gawai baru perlu dicoba performanya. Saya coba berhenti sejenak main gim kartu yang sempat beken zaman SMA dulu. Kemudian mencoba menulis -semacam- perjalanan dua bulan ini:

Barangkali seperti pada umumnya sebuah UMKM berdiri, pengunjung atau calon pelanggan awal biasanya lingkaran pertemanan, atau setidaknya keluarga sendiri. Kami juga seperti itu. Bisa dikatakan mayoritas pelanggan kedai merupakan rekan-rekan semasa kuliah dulu. Di sini saya perlu mengapresiasi kesetiaan kawan-kawan hingga hari ini: Terima kasih sobat!

Namun bukan berarti kami mengandalkan lingkaran pertemanan. Kami tidak mau terlena. Saya sendiri adalah orang yang percaya pada satu titik tertentu, segmen tersebut pasti akan stagnan dan bisa saja meninggalkan kami kapan pun. Bahasa bekennya: Udah bosen.

Maka, kami perlu inovasi terus menerus. Belajar dari fesbuk. Sempat ditinggalkan 3-4 tahun lalu. Tapi sekarang mulai bangkit lagi. Karena sosmed besutan Mark Zuckerberg ini terus melakukan inovasi. Saya setuju dengan pendapat ahli bisnis: Jika tidak berinovasi maka (bisnis)mu akan mati.

Kami sadar, Kopi Yuk! berada di antara persaingan 400-an kedai atau kafe di Jogja. Mimpi kami tidak muluk: dapat terus menyeduh kopi dengan harga terjangkau. Bagi kelas atas, menengah maupun bawah. Seperti yang terus diucapkan rekan senasib, Wak.

Kembali lagi ke inovasi tadi. Beberapa sobat Kopi Yuk! yang rutin berkunjung atau terus membaca kabar terbaru via blog ini pasti tahu apa saja kegiatan yang dilakukan. Hal-hal baru atau barangkali kegilaan kami.

Riset itu baik dan perlu

Ada langkah yang kami biasakan sebelum melakukan sebuah inovasi: Riset. Riset ini bukan berarti harus dilakukan secara formal seperti dalam kegiatan akademik di universitas. Tidak, tidak harus selalu seperti itu.

Kerap kami melakukan observasi di lapangan, wawancara tak terstruktur dengan pelanggan untuk meminta pendapat dan masukan. Di samping itu, kami juga memiliki survei pasar terhadap customer dan rencananya secara rutin akan dilakukan tiap dua atau tiga bulan sekali.

Intinya, usaha ini adalah panduan kami agar tidak ngawur.




Wah, udah jam segini, waktunya buka kedai dulu. Obrolan ini dilanjutkan pada tulisan berikutnya ya...

:)

Komentar

Postingan Populer