Tenang! Kami Tetap Bisa Jualan Terus


Oke!
Saya akan ngomongin soal harga. Walopun bukan direktur keuangan (itu kerjaannya si Bing), tapi saya juga ikut serta memikirkan atau setidaknya memberikan pendapat dalam hal menentukan harga per cangkir kopi yang disajikan di kedai mungil kami.

Mimpi saya pribadi adalah ngopi itu bisa dinikmati siapa saja (yang gak doyan gak termasuk, tapi kalo mau coba ya boleh lah.). Jadi, di benak saya harga kopi sangat menentukan kesuksesan dari segi penjualan. Apa lagi dari hasil riset si Bing yang menyatakan bahwa harga itu tetap jadi pertimbangan di Kota Gudeg ini.

Emang siapa aja sih tamu yang udah pernah ke Kopi Yuk? Kok risetnya menentukan banget? Konsumen yang datang ke kedai mungil kami itu masih dalam lingkaran pertemanan saya dan si Bing, kadang beririsan, bahkan kadang tidak. Di bulan ke-2 kemarin sudah mulai ada tamu dari antah berantah datang, mulai dari tetangga kios di Taman Kuliner tempat kedai Kopi Yuk menyeduh, teman dari teman, dan lain-lain walopun tidak banyak.

Bagian paling serunya ada di paragraf ini.

"Eh! kalian jualan ini untung gak to?" 

Begitulah celotehan konsumen kedai mungil ini. Usut punya usut ternyata bukan ingin mencari tahu tentang bisnis kopi itu menguntungkan atau tidak, tetapi celotehan itu ingin meyakinkan apakah kami tetap mendapatakan keuntungan dengan harga yang dirasa terlalu murah untuk konsumen kami.

Lucu ya? Haha! saya dan bing hanya tertawa jika ada pertanyaan semacam itu. Dan kami juga tidak gila untuk menjual kopi dengan harga rugi demi mendapatkan konsumen yang banyak. Saya dan bing sepakat, dengan kebulatan tekad untuk menjawab,

"Tenang to! untung.. untung..!" 

Komentar

Postingan Populer